Tantangan Pariwisata Sebagai Sebuah Ilmu Mandiri

Sungguh berbahagia bagi segenap insan pariwisata, karena pariwisata sudah di akui sebagai sebuah ilmu mandiri. Artinya pariwisata sudah sama dengan ilmu ekonomi, hukum, kedokteran,sastra, politik dan sebagainya. Secara legal, pengakuan pariwisata sebagai ilmu dapat dilihat pada pengkodean bidang ilmu oleh DIKTI, dimana pariwisata atau kepariwiasataan mendapat kode 699. Kelahiran pariwisata sebagai ilmu secara formal ditandai dengan keluarnya surat dari Dirjen Dikti Depdiknas No.947/D/T/2008 dan 948/D/T/2008 yang ditujukan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, yang secara eksplisit menyebutkan bahwa Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dapat menyetujui jenjang Program Sarjana (S1) pada STP Bali dan STP Bandung.
Pitana (2008) menyatakan bahwa pengakuan formal terhadap status keilmuan pariwisata hanya merupakan salah satu prasyarat untuk tumbuh kembangnya Ilmu Pariwisata. Pengakuan sesungguhnya akan datang dari masyarakat,  yang akan diuji oleh waktu. Agar lolos dari ujian tersebut, maka penelitian, publikasi, dan pengembangan ilmu pariwisata harus terus dilakukan pada berbagai aspek dan berbagai levelnya.
Diakuinya pariwisata sebagai cabang ilmu, karena memenuhi 3 syarat yaitu Pitana (2009:19) :
  1. Ontologi (Objek atau focus interest yang dikaji)
  2. Epistemologi (metodologi untuk memperoleh ilmu pengetahuan)
  3. Aksiologi (nilai manfaat pengetahuan)
ONTOLOGI
Ilmu pariwisata harus mampu menyediakan informasi ilmiah yang lengkap tentang hakikat pelancongan, gejala pariwisata, wisatawannya sendiri, prasarana dan sarana wisata, objek-objek yang dikunjungi, sistem dan organisasi, dan kegiatan bisnisnya, serta semua komponen pendukung di daerah asal wisatawan maupun di daerah destinasi wisata. Ilmu pariwisata juga harus dibangun berdasarkan suatu penjelasan yang mendalam, tidak terburu-buru, dan perlu dibuatkan taksonominya. Fenomena Pariwisata dapat difokuskan pada tiga unsur, yakni (i)pergerakan wisatawan,(ii)aktivitas masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan, dan iii) implikasi  atau akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara luas. Ketiga unsur ini memiliki sifat yang melekat pada setiap objek  ilmu pengetahuan. Pergerakan atau perjalanan merupakan salah satu komponen elementer dalam pariwisata. Ia merupakan tujuan dan objek penawaran dan permintaan jasa wisata, termasuk objek kajian berbagai cabang ilmu pengetahuan (Freyer,1995). Salah satu di antara sifat tersebut adalah berulang, beragam, saling terkait dan teratur.
Pergerakan wisatawan berlangsung secara terus menerus dalam skala waktu yang hampir tidak terbatas. Jika dulu hanya kelompok elite masyarakat yang dominan berwisata,  sekarang hal itu dilakukan oleh hampir semua lapisan masyarakat (Hennig,1999), meskipun dengan bentuk, jenis dan cara yang berbeda. Aktivitas masyarakat pun cenderung beragam dan dinamis didalam memfasilitasi pergerakan tersebut. Ada yang menyediakan akomodasi dan adapula yang menyediakan transportasi. Sebagian lainnya menyediakan atraksi wisata, sebagian lainnya memasarkan produk wisata. Bahkan aktivitas tersebut tidak monoton, tetapi bervariasi dalam skala, intensitas, ruang lingkup, dan bidang kegiatan yang dilakukan. Demikian pula halnya dengan implikasi yang ditimbulkannya, yakni berbeda-beda menurut tingkat perkembangan pariwisata itu sendiri. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya keterkaitan (linkages) antara satu unsur (wisatawan) dengan unsur lain, yang dalam hal ini adalah masyarakat di daerah tujuan wisata dan dampak yang ditimbulkannya.

EPISTEMOLOGI
Aspek epistemologi pariwisata menunjuk pada cara-cara memperoleh kebenaran atas objek ilmu. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran ilmiah, yang didasarkan pada suatu logika berpikir yang rasional, objektif dan dapat diuji secara empirik. Metode pertama yang jamak dilakukan adalah metode penelitian komparatif. Metode ini digunakan untuk menganalisis suatu masalah di tempat yang berbeda. Dalam konteks pariwisata, metode ini banyak digunakan untuk  menganalisis kasus-kasus  perkembangan destinasi wisata yang memiliki karakteristik khusus di kawasan berbeda, maupun relasi wisatawan  dengan masyarakat di daerah tujuan wisata (Smith dan Krannich 1998).
Metode penelitian eksploratif juga sangat relevan digunakan dalam penelitian objek formal pariwisata. Metode ini bertujuan, misalnya untuk menjelajahi objek-objek kajian pariwisata yang belum terungkap sepenuhnya, sehingga akhirnya dapat ditemukan "fakta" atau kebenaran yang lebih utuh atas suatu objek. Sebagai contoh , wacana umum tentang pergerakan wisatawan menjurus pada pemahaman bahwa wisatawan memiliki karakteristik perjalanan yang seragam. Para ahli tentu tidak puas dengan hal itu karena ada fakta yang tidak sesuai.
Metode lain yang sering digunakan dalam penelitian pariwisata adalah metode deskriptif. Misalnya pengkajian terhadap proses-proses perjalanan dan pertemuan dengan budaya yang berbeda di daerah tujuan wisata dapat dilakukan dengan baik jika menggunakan metode ini.

AKSIOLOGI
 Aksiologi merupakan aspek ilmu yang sangat penting. Dalam ilmu pariwisata, pertanyaan yang dijawab disini adalah nilai  atau manfaat apa yang dapat disumbangkan oleh ilmu pengetahuan.Kontribusi pariwisata yang lebih kongkret bagi kesejahteraan masyarakat / manusia  dapat dilihat dari implikasi-implikasi pergerakan wisatawan, seperti meningkatnya kegiatan ekonomi, pemahaman terhadap budaya yang berbeda dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan manusia.

 KAJIAN
Berdasarkan uraian di atas, suatu hal yang patut kita fikirkan bersama sebagai akademisi pariwisata khususnya, bagaimana tanggung jawab dan peran kita dalam  mengemban amanah tersebut di atas. Sudah selayaknya kita patut bersyukur karena pariwisata sudah di akui sebagai cabang ilmu. Namun demikian hendaknya kita selalu beriktiar dalam mengembangkan pariwisata sebagai Ilmu Mandiri, tentunya melalui pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi, melalui pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Pada umumnya sebagian dosen dan pengelola perguruan tinggi lebih menekankan aktivitas pengajaran, karena disini lebih menjanjikan dalam meraih penghasilan. Seringkali penelitian dianggap sebagai beban, dengan mengurangi dana untuk penelitian dosen. Sesungguhnya tumpuan mempertahankan dan mengembangkan pariwisata sebagai ilmu terletak pada penelitian, karena melalui penelitianlah unsur epistemologi yang menjadi tulang punggung sebuah ilmu pengetahuan.

Memang sudah sangat layak jika pariwisata dijadikan sebagai sebuah ilmu. Kita dapat lihat fenomena yang ada di Bali saat ini : hotel, restoran, fasilitas hiburan, biro perjalanan wisata, pramuwisata, bank, suplier, pegawai hotel, sekolah pariwisata, dosen pariwisata, hukum bisnis pariwisata, Akuntasi perhotelan, dsb. Menunjukkan bahwa secara ontologis, pariwisata memang memenuhi syarat sebagai ilmu mandiri. Demikian pula secara epistemologi, pariwisata, saat ini sudah banyak penelitian pada bidang pariwisata yang perlu dikembangkan, sedangkan secara aksiologi pun pariwisata memang sudah mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat Bali.





















0 Response to "Tantangan Pariwisata Sebagai Sebuah Ilmu Mandiri"

Posting Komentar

Entri Populer

4s Air Kehidupan ajeg bali Akreditasi sebagai syarat sahnya penyelenggaran program studi aksiologis Alas purwo american service Ampera Ancient vilage of Bali appetizer APTISI AWARD APTISI Wil VIII-A Award Aristoteles aromatize wine Art Shop Arti Bali artificial tourism Assurance aturan kerja di kapal pesiar Babi Guling Babi Guling ala Mendek Bagus Agro Plaga balance in my mind balcony BALI Bali fumeral ceremony Bali Natural Hot Spring Toya Bungkah Kintamani Bali bali simle funeral ceremony bali timur wisata Bandara International di Buleleng bayu dan nanoe biroe Bayu Wisnawa be a crew in cruise ship Beachwalk Benteng Kuto Besak bored boring bos and jongos BOSAN Budaya buffet service buku kasir restoran dan bar bunga indah di halaman rumah C'est Moi et Des Amis cabarnet sauvignon Cara membaca label wine cara penyimpanan wine cash sheet chardonay coffee shop community based tourism Community Based Tourism in Bali Contribution Margin convention cruise ship organization structure cruise ship terminology cruise ship terms Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata Danau di Bali deck definisi makanan definisi pariwisata alternatif Definisi wine desa baha Desa Belalang desa wisata desa wisata ekologis nyambu kaba kaba tabanan desert Diseminasi Hasil Penelitian 2014 disparda provinsi bali Dog dpd hpi bali Dukungan reklamasi teluk benoa ekowisata di bali elastisitas english service epistemologis eudaimonia menurut Aristoteles exhibition Feminis Liberal fighting my enemy fisiologis kebosanan fleksibel flower at my home formal dining room fortified wine french service front office funeral ceremony in Bali future of balit tourism destination galley Gramsci dan Hegemoni grapes Handling Guest Complain handout kasir restoran dan bar harga kamar hidup di kapal pesiar HOTEL hotel cornwall hotel multi tasking hotel upselling housebank i meme ibm lembu putih In-Depth Interview incentive Industri Pariwisata informal dining room intelektual organik intelektual tradisional istilah istilah kapal pesiar istilah kapal pesiar ISU-ISU PARIWISATA ISU-ISU PARIWISATA BALI ISU-ISU PARIWISATA BALI DAN INDONESIA JAGARAGA DAN SAWAN Jalan Tol Bali Mandara jaminan JENIS JENIS RESTAURANT jenis-jenis peralatan di restaurant Jokowi atau Prabowo yang punya program jelas untuk pariwisata berkelanjutan? KABUPATEN BULELENG-BALI Kabupaten Tabanan kantor depan karakter wine Karakteristik Jasa karya ilmiah KASIR KANTOR DEPAN kasir restaurant dan bar KEADILAN MENURUT PLATO kebosanan kecaman reklamasi teluk benoa Kecamatan Kediri Kedungu Beach kendala menulis karya ilmiah kepuasan tamu kerja di kapal pesiar klasifikasi kelas hotel klasifikasi makanan klasifikasi restoran konsep hotel konsep pariwisata konsep pengembangan pariwisata konvensi Kota Gede 2015 Kuesioner kursus sertifikasi pramuwisata umum Latihan Kasir Kantor Depan latihan kasir kantor depan 2012-2013 Latihan Kasir Restaurant dan Bar Latihan Kasir Restaurant dan Bar 2012-2013 LATIHAN KASIR RESTAURANT DAN BAR OKTOBER 2013 Latihan Metodologi Reset Latihan Pengantar Perhotelan lembu putih lido logiko hipotetiko verifikatif Made Bayu Wisnawa Mai Bus maincourse manajemen perhotelan masa depan Bali masa depan bali sebagai destinasi wisata masa depan destinasi wisata bali meaning of Ngenteg Linggih meeting melukat Menangani Keluhan Tamu Menggalakan Sapta Pesona menggali permata dalam lumpur MENINGKATKAN PENDAPATAN HOTEL DENGAN PROGRAM UP SELLING Menu Engineering MICE minat menginap kembali model pengembangan pariwisata pedesaan multi tasking pada karyawan hotel mv melody my bibliography Nagih Janji Gubernur Bali 2013-2018 nanoe biroe nasi gudeg widjilan Nasi Kalong Nasi Kalong Bandung Ngenteg Linggih Pura Dalem Mendek 2013 nyepi 2014 objek formal pariwisata objek material pariwisata obrolan di warung kopi Ogoh ogoh 2014 Ogoh ogoh 2015 ontologis orchard hotel otonan Outing 2013 Palembang panak manusa pandangan foucault terhadap relasi kekuasaan Pantai Kedungu Pariwiasata Pariwisata Alternatif: Pariwisata Bali Masa Depan (Literature Review) pariwisata bali berkelanjutan Pariwisata Berbasis Rakyat Pariwisata Budaya pariwisata kerakyatan pariwisata pedesaan pariwisata sebagai ilmu mandiri pariwisata sex di bali pas pasta pastikerta pdsp 2013 Pelayanan Pemasaran Pariwisata Bali Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan pengelolaan akomodasi di bali pengelolaan hotel di bali pengembangan pariwisata berkelanjutan Pengertian Budaya PENGERTIAN HOTEL Pengertian Hotel dan Restaurant Pengertian Kesenian Pengertian Manajemen Pengertian Obyek dan Daya Tarik Wisata pengertian Pariwisata Pengertian Pariwisata Budaya Pengertian potensi wisata pengertian pramu saji PENGERTIAN RESTAURANT PENGERTIAN RESTORAN Pengertian strategi pengembangan pariwisata pengertian tamu pengertian waiter Pengumpulan Data Penjor Galungan Penjor Galungan 2014 penurunan kualitas lingkungan hidup peralatan restaurant Perbedaan metode penelitian kuantitatif dengan kualitatif Perempuan Bali Perencanaan dan Pengembangan Berkelanjutan pada Obyek dan Daya Tarik Wisata pergeseran paradigma pengelolaan hotel di bali PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PARIWISATA INTERNASIONAL pilkada bali pilkada bali 2013 pilkada bali dan pariwisata pinot noir Plow Horse Posisi Pariwisata di Tengah-tengah Ilmu Pengetahuan Posisioning Bali potensi wisata Potensi wisata pantai Kedungu pramusaji prinsip ekowisata prinsip prinsip ekowisata Prinsip prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan pro kontra pembangunan bandara bertaraf internasional di buleleng Proses pembuatan table wine Proses Penelitian Pulau di Provinsi Bali Pulau Penyu Tanjung Benoa Nusa Dua Bali Indonesia Pulo Kemaro pura nandini Pura Sudamala Bangli pura tirta sudamala Puri Bagus Jati Taro Puzzle Questionaire red wine reklamai teluk benoa reklamasi bali reklamasi teluk benoa remittance of fund restaurant tools RESTORAN revitalisasi bali riesling rose wine russian service sauvignon blanc seaside hotel sejarah pariwisata bali Seminar Nasional Kepariwisataan 2014 Sistem pelayanan di restaurant SLANK SLANK dan Pariwisata Bali soup sparkling wine Star still wine STIPAR STIPAR Tratma Jaya STIPAR Triatma Jaya STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA SANGSIT struktur organisasi kapal pesiar study tour 2013 Suckling Pig Suckling Pig ala Mendek sulitnya menulis karya ilmiah Surat Edaran Dirjen Dikti Kemdikbud No 160/E/AK/2013 sustainabel tourism development SWOT Tahap Pemgembangan Obyek Wisata Tahapan Perencanaan Pariwisata Tana Toraja tantangan pariwisata sebagai ilmu mandiri Tari Bali teluk benoa Tenganan Karang Asem Bali Tenganan Pegringsingan The Kinds of Friendship The real hotelier Thing about balance in my mind Tibu Beneng tingkat hunian kamar Togetherness in Diversity TRI HITA KARANA tugas kasir kantor depan1 tujuan hidup manusia menurut aristoteles Tulisan Separuh Hati UNUD up selling validitas dan reliabilitas waiter Wawancara Mendalam why i choose hotel and tourism Wine dan Makanan Wisata Air Panas Bali