Galungan merupakan hari raya besar umat beragama Hindu di Bali untuk meperingati dan merayakan kemenangan antara Dharma (Kebajikan) melawan Adharma (Kebathilan) yang diinspirasi oleh menangnya Dewa Indra (simbol kebajikan) terhadap Raja Maya Denawa (simbol Atheis, kebathilan) pada masa Mpu Kul Putih di Bali. Salah satu cirikhas perayaan Galungan adalah adanya Penjor yang dipasang di depan rumah, pintu masuk sebelah kanan pada setiap rumah umat.
Penjor merupakan simbol Gunung, yang memberikan kesejahteraan bagi manusia. Penjor juga melambangkan Ista Dewata. Untuk membuat penjor dibutuhkan peralatan dan perlengkapan berupa : Bambu lengkung, janur, padi, buah pisang, buah kelapa, sampian penjor, dan sanggah cucuk.
Saat ini membuat penjor bukanlah merupakan hal yang rumit, karena semua bahan sudah tersedia di pasar. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat penjor sangat relatif, mulai dari tanpa biaya,sampai jutaan rupiah. Untuk kawasan Denpasar, sebuah penjor perumahan menelan biaya rata-rata Rp.100.000,- s/d Rp.500.000,- bahkan ada pula menelan biaya sampai jutaan rupiah semua tergantung kemampuan dari umat. Tidak ada yang mengharuskan untuk membuat penjor, tapi membuat penjor pada saat Galungan merupakan kebiasaan yang muncul dari hati sebagai perwudan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan alam semesta ciptaanNya yang telah memberikan kehidupan bagi umat manusia.
Membuat Penjor dapat membangkitkan kreatifitas, kebersamaan dan kerukunan rumah tangga/keluarga. Biasanya dalam satu natah (pekarangan) hanya cukup membuat satu penjor saja. Penjor dibuat dengan semangat gotong royong, tulus ikhlas, yang mampu membantu yang kurang mampu.
Penjor yang terpampang pada Blog ini diambil pada kawasan Desa Lebih, Klungkung, seminggu setelah Galungan pada Tanggal 27 Mei 2014.
0 Response to "Penjor Galungan"
Posting Komentar