Model Pengembangan Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pariwisata Bali Berkelanjutan (3)




Pembangunan pariwisata pedesaan diharapkan menjadi suatu model pembangunan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang pariwisata. Pembangunan berkelanjutan diformulasikan sebagai pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka (Adhisakti, 2000). Pembangunan dan pengembangan pariwisata yang telah dilakukan hendaknya mampu berkelanjutan dan dipertahankan di masa depan. Keberlanjutan pariwisata tidak mesti diwacanakan saja tanpa adanya suatu komitmen dari berbagai pihak untuk mempertahankan keberlanjutan alam, sosial ekonomi maupun budaya masyarakat sebagai modal dasar pariwisata. (Pitana 2002:53) menyatakan dalam pariwisata berkelanjutan, penekanan keberlanjutan bahkan tidak cukup hanya berkelanjutan ekologis dan keberlanjutan pembangunan ekonomi, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah keberlanjutan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan.

Implementasi dari konsep-konsep ini diaplikasikan dalam program pengembangan pariwisata pedesaan, sehingga pengembangan desa wisata tersebut harus tetap mampu menjaga kelestarian lingkungan. Disamping strategi dan program yang dihasilkan dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian masyarakat, meningkatkan taraf hidupnya, sehingga masyarakat akan berusaha mempertahankan keberlanjutan pariwisata tersebut.

Sebagai contoh Desa tradisional Baha merupakan desa perjuangan, sesungguhnya memiliki berbagai potensi kepariwisataan. Desa Baha ini terletak sekitar 26 km dari kota denpasar antara objek dan daya tarik wisata Taman Ayun dan Sangeh atau sekitar 5 km ke utara dari Desa Gulingan, Mengwi. Kehidupan budaya masyarakat dan pola penataan pemukimannya masih tetap melestarikan budaya dan arsitektur tradisional Bali, seperti sebagian besar peataan ruang temoat tinggal masih tetap memakai ukuran yang didasarkan ukuran kosala-kosali di samping pintu masuk rumah penduduk (angkul-angkul). Pola menetap masyarakat di Desa Pekraman Baha tetap mencerminkan konsepsi pembagian tata ruang wilayah menjadi tiga bagian demi terjaganya keharmonisan hubungan alam niskala dengan alam sekala, yaitu : 1 ada ruang utama adalah areal yang disucikan sebagai tempat suci baik berupa pura, sanggah atau merajan, 2 ruang madya adalah areal untuk rumah tempat tinggal, dan 3 ruang nista atau teben adalah areal untuk membuang sampah rumah tangga.

Penduduk Desa Baha berjumlah 3511 jiwa, yang terdiri atas 1742 (49,6%) laki-laki dan 1769 (50,4%) perempuan. Mereka terbagi dalam 968 kepala keluarga (KK) dan seluruh penduduknya beragama hindu. Menurut Sekretaris Desa Baha, untuk menjaga ketentraman sesuai dengan hak otonomi yang dimiliki oleh desa pekraman, jumlah penduduk dengan perbedaan jenis kelamin dan kewarganegaraan itu, telah diikat dengan awig-awig desa adat baha.

Desa tradisional Baha memiliki potensi kepariwisataan seperti keasrian alam pedesaan dengan hamparan persawahan di sepanjang wilayah desa, panorama alam yang indah dan sejuk, serta masih adanya system pengairan dengan system subak. Berbagai potensi sumber daya menjadikan suatu pertimbangan desa baha dicanangkan menjadi salah satu desa wisata. Hal tersebut menjadikan daerah ini perlu dijaga dan dilestarikan sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 4 tahun 1999 tentang tata ruang wilayah propinsi bali, serta Peraturan Bupati Badung Nomor 7 Tahun 2005 tentang penetapan objek dan daya tarik wisata.

Ditetapkannya desa Baha menjadi desa wisata tahun 1994, tepatnya melalui Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung Nomor 2028 tahun 1994, berbagai persiapan perencanaan pengembangan pariwisata di desa ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung melalui dinas pariwisatanya. Masyarakat desa baha sendiri sangat antusias menyambut pencanangan desa mereka sebagai desa wisata, dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan mereka.

Sebagai desa tradisional yang masyarakatnya masih tergantung pada sector pertanian dengan areal persawahan yang ada seluas 271,3 hektar dengan tekstur tanah yang subur sangat cocok untuk daerah pertanian dan terbentang disepanjang ruas jalan menuju ke lingkungan internal Baha. Desa wisata Baha telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tempat parker, WC umum, bale wantilan yang sering dipergunakan untuk tempat pertemuan adat secara rutin disamping untuk menjamu tamu-tamu negara yang berkunjung ke desa Baha. Sedangkan sarana akomodasi direncanakan atau diusahakan melalui pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan sebagian rumah-rumah penduduk sebagai homestay.

Wisatawan yang berkunjung dan melintasi desa wisata Baha sebagian besar merupakan wisatawan yang hanya mempunyai karakter petualang, seperti off road dengan menggunakan mobil safari pulang ke Ubud atau kedatangan mereka kebanyakan secara individu, ada juga antara dua orang sampai sepuluh orang dengan menggunakan mini bus atau mobil safari yang dipandu oleh pemandu wisata (guide).

Sebagaimana telah diuraikan diatas , bahwa sector pertanian amsih dilestarikan terutama system bertaninya menggunakan cara-cara bertani tradisioanal dengan organisasi subaknya masih tetap dipertahankan. Salah satu bentuk subak yang dijadiakn percontohan dalam pengembangan desa wisata Baha adalah Subak Lepud yang sudah beberapa kali mendapat juara pada kompetisi subak baik tingkat daerah maupun nasional. Desa wisata Baha sering mendapat kunjungan-kunjungan baik pejabat dalam negeri maupun pejabat negara sahabat, disamping juga banyak dikunjungi oleh wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara.

Pada awal pengembangan desa Baha sebagai desa wisata, sudah dibentuk suatu lembaga pariwisata desa berupa kelompok sadar wisata (Darwis). Kelompok ini diketahui oleh Made Derik Jaya, seorang tokoh masyarakat desa Baha yang pada saat itu menjadi anggota DPRD Kabupaten Badung. Tujuan utama lembaga tersebut adalah untuk membuat perencanaan bersama pemerintah daerah dan mensosialisasikan keberadaan pariwisata dikalangan masyarakat, sehingga masyarakat desa Baha dapat menerima kehadiran pariwisata di desa mereka. Terbentuknya kelompok sadar wisata telah mampu menjembatani program pemerintah khususnya Pemkab Badung melalui dinas pariwisatanya dengan masyarakat desa Baha. Atas koordinasi kelompok ini, maka beberapa program telah dilakukan seperti mendekati masyarakat agar mau membebaskan tanah milik mereka untuk pengembangan agrowisata, pembuatan jalan untuk jalur tracking, mempelopori jalan tembus desa gulingan.

0 Response to "Model Pengembangan Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pariwisata Bali Berkelanjutan (3)"

Posting Komentar

Entri Populer

4s Air Kehidupan ajeg bali Akreditasi sebagai syarat sahnya penyelenggaran program studi aksiologis Alas purwo american service Ampera Ancient vilage of Bali appetizer APTISI AWARD APTISI Wil VIII-A Award Aristoteles aromatize wine Art Shop Arti Bali artificial tourism Assurance aturan kerja di kapal pesiar Babi Guling Babi Guling ala Mendek Bagus Agro Plaga balance in my mind balcony BALI Bali fumeral ceremony Bali Natural Hot Spring Toya Bungkah Kintamani Bali bali simle funeral ceremony bali timur wisata Bandara International di Buleleng bayu dan nanoe biroe Bayu Wisnawa be a crew in cruise ship Beachwalk Benteng Kuto Besak bored boring bos and jongos BOSAN Budaya buffet service buku kasir restoran dan bar bunga indah di halaman rumah C'est Moi et Des Amis cabarnet sauvignon Cara membaca label wine cara penyimpanan wine cash sheet chardonay coffee shop community based tourism Community Based Tourism in Bali Contribution Margin convention cruise ship organization structure cruise ship terminology cruise ship terms Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata Danau di Bali deck definisi makanan definisi pariwisata alternatif Definisi wine desa baha Desa Belalang desa wisata desa wisata ekologis nyambu kaba kaba tabanan desert Diseminasi Hasil Penelitian 2014 disparda provinsi bali Dog dpd hpi bali Dukungan reklamasi teluk benoa ekowisata di bali elastisitas english service epistemologis eudaimonia menurut Aristoteles exhibition Feminis Liberal fighting my enemy fisiologis kebosanan fleksibel flower at my home formal dining room fortified wine french service front office funeral ceremony in Bali future of balit tourism destination galley Gramsci dan Hegemoni grapes Handling Guest Complain handout kasir restoran dan bar harga kamar hidup di kapal pesiar HOTEL hotel cornwall hotel multi tasking hotel upselling housebank i meme ibm lembu putih In-Depth Interview incentive Industri Pariwisata informal dining room intelektual organik intelektual tradisional istilah istilah kapal pesiar istilah kapal pesiar ISU-ISU PARIWISATA ISU-ISU PARIWISATA BALI ISU-ISU PARIWISATA BALI DAN INDONESIA JAGARAGA DAN SAWAN Jalan Tol Bali Mandara jaminan JENIS JENIS RESTAURANT jenis-jenis peralatan di restaurant Jokowi atau Prabowo yang punya program jelas untuk pariwisata berkelanjutan? KABUPATEN BULELENG-BALI Kabupaten Tabanan kantor depan karakter wine Karakteristik Jasa karya ilmiah KASIR KANTOR DEPAN kasir restaurant dan bar KEADILAN MENURUT PLATO kebosanan kecaman reklamasi teluk benoa Kecamatan Kediri Kedungu Beach kendala menulis karya ilmiah kepuasan tamu kerja di kapal pesiar klasifikasi kelas hotel klasifikasi makanan klasifikasi restoran konsep hotel konsep pariwisata konsep pengembangan pariwisata konvensi Kota Gede 2015 Kuesioner kursus sertifikasi pramuwisata umum Latihan Kasir Kantor Depan latihan kasir kantor depan 2012-2013 Latihan Kasir Restaurant dan Bar Latihan Kasir Restaurant dan Bar 2012-2013 LATIHAN KASIR RESTAURANT DAN BAR OKTOBER 2013 Latihan Metodologi Reset Latihan Pengantar Perhotelan lembu putih lido logiko hipotetiko verifikatif Made Bayu Wisnawa Mai Bus maincourse manajemen perhotelan masa depan Bali masa depan bali sebagai destinasi wisata masa depan destinasi wisata bali meaning of Ngenteg Linggih meeting melukat Menangani Keluhan Tamu Menggalakan Sapta Pesona menggali permata dalam lumpur MENINGKATKAN PENDAPATAN HOTEL DENGAN PROGRAM UP SELLING Menu Engineering MICE minat menginap kembali model pengembangan pariwisata pedesaan multi tasking pada karyawan hotel mv melody my bibliography Nagih Janji Gubernur Bali 2013-2018 nanoe biroe nasi gudeg widjilan Nasi Kalong Nasi Kalong Bandung Ngenteg Linggih Pura Dalem Mendek 2013 nyepi 2014 objek formal pariwisata objek material pariwisata obrolan di warung kopi Ogoh ogoh 2014 Ogoh ogoh 2015 ontologis orchard hotel otonan Outing 2013 Palembang panak manusa pandangan foucault terhadap relasi kekuasaan Pantai Kedungu Pariwiasata Pariwisata Alternatif: Pariwisata Bali Masa Depan (Literature Review) pariwisata bali berkelanjutan Pariwisata Berbasis Rakyat Pariwisata Budaya pariwisata kerakyatan pariwisata pedesaan pariwisata sebagai ilmu mandiri pariwisata sex di bali pas pasta pastikerta pdsp 2013 Pelayanan Pemasaran Pariwisata Bali Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan pengelolaan akomodasi di bali pengelolaan hotel di bali pengembangan pariwisata berkelanjutan Pengertian Budaya PENGERTIAN HOTEL Pengertian Hotel dan Restaurant Pengertian Kesenian Pengertian Manajemen Pengertian Obyek dan Daya Tarik Wisata pengertian Pariwisata Pengertian Pariwisata Budaya Pengertian potensi wisata pengertian pramu saji PENGERTIAN RESTAURANT PENGERTIAN RESTORAN Pengertian strategi pengembangan pariwisata pengertian tamu pengertian waiter Pengumpulan Data Penjor Galungan Penjor Galungan 2014 penurunan kualitas lingkungan hidup peralatan restaurant Perbedaan metode penelitian kuantitatif dengan kualitatif Perempuan Bali Perencanaan dan Pengembangan Berkelanjutan pada Obyek dan Daya Tarik Wisata pergeseran paradigma pengelolaan hotel di bali PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PARIWISATA INTERNASIONAL pilkada bali pilkada bali 2013 pilkada bali dan pariwisata pinot noir Plow Horse Posisi Pariwisata di Tengah-tengah Ilmu Pengetahuan Posisioning Bali potensi wisata Potensi wisata pantai Kedungu pramusaji prinsip ekowisata prinsip prinsip ekowisata Prinsip prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan pro kontra pembangunan bandara bertaraf internasional di buleleng Proses pembuatan table wine Proses Penelitian Pulau di Provinsi Bali Pulau Penyu Tanjung Benoa Nusa Dua Bali Indonesia Pulo Kemaro pura nandini Pura Sudamala Bangli pura tirta sudamala Puri Bagus Jati Taro Puzzle Questionaire red wine reklamai teluk benoa reklamasi bali reklamasi teluk benoa remittance of fund restaurant tools RESTORAN revitalisasi bali riesling rose wine russian service sauvignon blanc seaside hotel sejarah pariwisata bali Seminar Nasional Kepariwisataan 2014 Sistem pelayanan di restaurant SLANK SLANK dan Pariwisata Bali soup sparkling wine Star still wine STIPAR STIPAR Tratma Jaya STIPAR Triatma Jaya STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA SANGSIT struktur organisasi kapal pesiar study tour 2013 Suckling Pig Suckling Pig ala Mendek sulitnya menulis karya ilmiah Surat Edaran Dirjen Dikti Kemdikbud No 160/E/AK/2013 sustainabel tourism development SWOT Tahap Pemgembangan Obyek Wisata Tahapan Perencanaan Pariwisata Tana Toraja tantangan pariwisata sebagai ilmu mandiri Tari Bali teluk benoa Tenganan Karang Asem Bali Tenganan Pegringsingan The Kinds of Friendship The real hotelier Thing about balance in my mind Tibu Beneng tingkat hunian kamar Togetherness in Diversity TRI HITA KARANA tugas kasir kantor depan1 tujuan hidup manusia menurut aristoteles Tulisan Separuh Hati UNUD up selling validitas dan reliabilitas waiter Wawancara Mendalam why i choose hotel and tourism Wine dan Makanan Wisata Air Panas Bali